Ringkasan Bahasa Indonesia: Kaidah kebahasaan

  1. Eksplanasi: teks yang menerangkan atau menjelaskan mengenai proses atau fenomena alam maupun sosial. Struktur kebahasaan: Pernyataan Umum, Deretan Penjelas, Interpretasi (Opsional). Contoh:

    Proses Terbentuknya Kelompok Pergunjingan dalam Interaksi Sosial

    pernyataan umum: Pergunjingan merupakan bagian dari kehidupan sosial manusia sebagai sarana untuk meluapkan kekecewaan seseorang dalam interaksi sosialnya. Pergunjingan tidak diciptakan untuk mencari solusi, karena mereka hanya sekadar menyampaikan kepenatan sosial. Ruang gunjing selalu tercipta bahkan menjadi rutinitas. Dalam pergunjingan terpendam hasrat dan kepuasan ketika bisa mengorek aib kehidupan orang lain, termasuk menikmati kehancuran orang lain dalam interaksi sosial. Umumnya setiap agama mengutuk perbuatan bergunjing ini.

    penjelasan: Salah satu penyebab menjamurnya kelompok pergunjingan dalam interaksi sosial adalah adanya pikiran menganggur yang tidak mendapat pekerjaan tepat. Kondisi yang demikian, akan mendorong interaksi antar manusia untuk saling menjejali pekerjaan pikiran berupa gunjingan aib orang lain, akibat dari kelebihan energi pikirannya. Pergunjingan terjadi begitu saja, tanpa ada sponsor dan moderator. Dalam kesehariannya, manusia saling berbicara tentang berbagai hal ringan. Seperti sekadar berbasa-basi dan bertukar canda. Hal itu memiliki dampak positif yang sangat besar dalam interaksi sosial manusia. Di dalam hubungan pertemanan misalnya, hal yang demikian dapat mempererat keakraban dan kehangatan satu sama lain. Namun, segala sesuatu yang berlebihan pasti akan berdampak negatif. Ketika seseorang telah merasakan kekecewaan pada objek yang sama dengan orang lain, mereka akan dengan mudah membentuk kelompok sosial yang tujuannya adalah sebagai wahana pencurahan atas kekecewaannya tadi. Kelompok tersebut disebut kelompok pergunjingan.

    penutup: Dengan demikian, pergunjingan terjadi dengan diawali adanya pikiran yang menganggur. Kemudian terjadi interaksi sosial yang didukung perasaan senasib sepenanggungan atas dasar kekecewaan yang sama, serta sikap egois yang akan mendorong terbentuknya interaksi sosial antar manusia untuk saling menjejali pikiran masing-masing dengan berupa gunjingan aib orang lain.

  2. Nomina (kata benda): kata yang mengacu pada manusia, benda, dan konsep atau pengertian. Jenis nomina:
    • Nomina konkret: benda-benda yang bentuknya dapat dideskripsikan dengan pancaindera, contohnya meja, kursi, telepon, dan lain-lain.
    • Nomina khusus: nomina tentang nama tertentu. Ciri dari nomina ini adalah diawali dengan huruf kapital, seperti nama orang, nama negara, nama tempat, nama perusahaan, dan lain-lain.
    • Nomina umum: kata benda yang sangat umum, seperti sepak bola, pelajar, murid, desa, dan lain-lain.
    • Nomina kolektif: nomina yang mengandung arti kumpulan, koleksi, atau jumlah yang majemuk. Contohnya sekelompok manusia, hadirin, majelis, semua, dan lain-lain.
    • Nomina abstrak: nomina yang tidak dapat dideskripsikan dengan pancaindera. Contohnya, kemerdekaan, kebebasan, kebahagiaan, tindakan, dan lain-lain.
    • Nomina penjumlahan: nomina ini terbagi menjadi dua bagian, nomina terhitung dan nomina tak terhitung.

  3. Konjungsi: ungkapan penghubung antar kata, antar frasa, atau antar kalimat. Jenis konjungsi:
    Konjungsi eksternal: konjungsi yang menghubungkan dua peristiwa, deskripsi benda, atau kualitas di dalam klausa kompleks atau antara dua klausa simpleks. Konjungsi eksternal mempunyai empat kategori makna:
    • penambahan (contoh: dan, atau),
    • perbandingan (contoh: tetapi, sementara),
    • waktu (contoh: setelah, sebelum, sejak, ketika), dan
    • sebab-akibat (contoh: sehingga, karena, sebab, jika, walaupun, meskipun).

    Konjungsi internal: konjungsi yang menghubungkan argumen atau ide yang terdapat di antara dua klausa simpleks atau dua kelompok klausa. Konjungsi internal juga dapat dibagi ke dalam empat kategori makna:
    • penambahan (contoh: selain itu, di samping itu, lebih lanjut),
    • perbandingan (contoh: akan tetapi, sebaliknya, sementara itu, di sisi lain),
    • waktu (contoh: pertama, kedua …., kemudian, lalu, berikutnya), dan
    • sebab-akibat (contoh: akibatnya, sebagai akibat, jadi, hasilnya).

  4. Frasa: gabungan dua kata atau lebih yang besifat non-predikatif (tidak ada yang berkedudukan sebagai predikat). Penggolongan Frasa berdasakan Jenis/kelas kata:
    • Frasa Adjektival: frasa yang inti katanya merupakan kata sifat (adjektiva). Misalnya: sangat cantik, tidak cantik, hitam manis, agak jauh, agak sombong.

      Dia agak bingung dalam memilih pakaian yang ditawarkan ayahnya.
      Kelompok kata yang dicetak miring pada kalimat di atas adalah frasa adjektival. Kata bingung pada frasa di atas adalah adjektiva yang menjadi inti frasa. Dikatakan sebagai inti karena kata tersebut merupakan unsur yang diterangkan oleh pewatas agak. Namun demikian, frasa adjektival agak bingung tetap berfungsi sebagai unsur yang menerangkan nomina dia.

      Karena tidak sabar, wanita itu mencubit anaknya, yang dari tadi menangis meminta es krim. Inti frasa adjektival tidak sabar adalah sabar (adjektiva). Kata tidak adalah unsur pewatas yang menerangkan kata sabar. Karena inti dari tidak sabar adalah adjektiva sabar yang tergolong sebagai adjektiva, maka frasa tidak sabar adalah frasa adjektival.

    • Frasa Preposisional: frasa yang unsur pembentuknya menggunakan kata depan (preposisi), yang berfungsi sebagai penanda atau penjelas. Misalnya: di sebuah rumah, dengan sangat tenang.

  5. Borjuis: kelas masyarakat dr golongan menengah ke atas (biasanya dipertentangkan dng rakyat jelata). Ras: golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik. Gender: jenis kelamin.

0 comments:

Post a Comment

Read the post first!